Kegagalan Mosad Di Mesir

Kegagalan Mosad Di Mesir- diantara negara-negara Arab lainnya Mesir adalah Negara Arab paling penting bagi Negara Israel. Mesir adalah surga bagi Mossad (satuan intelejen israel) yang bebas bergerak dengan berbagai bentuk dan nama.
Meski koordinasi keamanan Mesir – Israel – bahkan hingga pasca Intifadhah rakyat Mesir – dalam kondisi yang nyaman dan lancar, namun tetap saja logika keamanan Israel yang didasarkan pada "ketidak percayaan kepada sekutu terdekat sekalipun" yang menjadikan Israel berusaha sekeras mungkin mencari akses untuk memperoleh sebanyak mungkin informas.

Bukti Kegagalan Mosad Di Mesir

Image by robertxcadena via Flickr

Jajaran keamanan dan politik Israel sangat resah setelah Mossad gagal membaca situasi di Mesir yang tidak mengira rezim Mesir akan sampai pada titik tiarap akibat gelombang protes raksasa dari massa yang memenuhi jalan-jalan Mesir sejak 25 Januari lalu yang meminta Mubarak turun dari jabatannya sebagai presiden. Bukans aja prediksi yang buruk dari Mossad, Komisi Urusan Luar Negeri dan Pertahanan di parlemen Knesset meminta agar dilakukan dilakukan investigasi kegagalan intelijen dan kontrakdiksi informasi. Ini mengingatkan Israel tentang kegagalan intelijen Israel ketika militer Mesir menyeberangi terusan Suez pada Oktober 1973.

Gagalnya Intelijen Israel (mosad)

Kegagalan intelijen Israel ini dapat dilihat dari statemen elit Israel selama beberapa hari lalu sebelum aksi Intifadhah rakyat Mesir. Kepala Badan Intelinen Militer, Emir Stars menegaskan di depan Komisi Urusan Luar Negeri dan Pertahanan, "Tidak ada ancaman terhadap stabilitas pemerintah Mesir." Komandan besar di intelinen Israel Aqeq Cokhafe bahwa tidak ada bahaya riil atas kejatuhan rezim Mubarak.

Ketika ditanya soal situasi di Mesir pada saat itu, mantan kepala Mossad Meir Dagan mengatakan, "Rezim Hosni Mubarak masih stabil."

Harian Yediot Aharonot sendiri membela Mossad atas kegagalannya dengan menegaskan, "Hosni Mubarak sendiri tidak mampu meramal revolusi rakyat ini."

Kegagalan keamanan Israel ini terjadi setelah serentetan kegagalan Mossad di lapangan di sejumlah wilayah operasi Arab seperti pembunuhan komandan Hamas Mahmoud Mabhuh yang meninggalkan banyak "tangan" dalam pembunuhannya. Bahkan Hizbollah belakangan berhasil mengungkap jaringan penyadap yang dipasang Israel di perbukitan Selatan Libanon.

Kegagalan Mossad dalam prediksi buruknya di Mesir yang memicu reaksi elit penjajah Israel melalui statemennya menggambarkan krisis mendalam yang mereka alami. Berulangnya dua Intifadhah Tunis dan Mesir di Arab, diyakini akan menjadi ancaman strtegis bagi eksistensi Israel di peta Arab.

Mantan Kepala Divisi Intelijen Militer Aharon Zaivi mengkritik sikap pemerintah Amerika terhadap krisis Mesir bahwa, "Saya tidak paham sikap Amerika Serikat dan Negara Eropa yang menuntut demokrasi di Mesir."

Menyusul kegagalan intelijen Mossad, sejumlah sumber mengungkap bahwa Israel memasok teknologi militer kepada keamanan Mesir untuk merepresif pengunjuk rasa damai. Seperti gas air mata, peluru karet. Juga terungkap kontak intens antara jajaran politik dan keamanan Mesir dan Israel soal cara menghentikan Intifadhah rakyat Mesir. Ini membuktikan keseriusan Israel dalam menyelamatkan rezim Mubarak yang pernah dipuji karena berhasil menjaga front selatan Israel selama masa pemerintahannya.

Kegagalan Mossad di Mesir dan sebelumnya Tunis, padahal keamanan Mesir sudah disusupinya sejak lama bahwa kinerja keamanan Israel meski diyakini memiliki dua mata tajam, namun sebenarnya tidak lebih dari kaca mata kuda yang tidak bisa membedakan apapun. [InfoPalestina]